SERANTAUMEDIA.ID - Menteri Perumahan Rakyat Maruarar "Ara" Sirait menjanjikan hadiah sebesar Rp 8 miliar ($500.000) bagi siapa saja yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan Harun Masiku, buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dengan menggunakan tabungan pribadinya, Ara mengatakan inisiatif ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang kebal hukum di Indonesia.
"Bagaimana mungkin seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi tersangka masih bisa bebas berkeliaran?" kata Ara kepada wartawan dalam wawancara langsung di Stasiun Manggarai, Jakarta, pada hari Rabu.
Harun Masiku adalah tersangka kasus suap kursi DPR.
Kasus ini melibatkan mendiang Nazarudin Kiemas, anggota partai PDI-P, yang kursinya diduga diisi Harun dengan menyuap mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan.
Harun menghilang pada tahun 2020 saat KPK berupaya menangkapnya.
Sejak saat itu, ia masuk dalam daftar buronan.
Pada tahun 2023, Kepolisian Negara Republik Indonesia meluncurkan skema “police-to-police” yakni bekerja sama dengan beberapa negara ASEAN untuk melacak Harun dan buronan lainnya.
Pada Juni 2024, KPK menemukan bukti baru terkait keberadaan Harun saat menemukan mobilnya yang terparkir selama dua tahun di Thamrin Residence.
Di dalam mobil tersebut, penyidik juga menemukan dokumen terkait Harun, namun keberadaannya masih belum diketahui.
Ara, mantan politikus PDI-P yang kini bertugas di Partai Gerindra, mengatakan aset-aset oknum koruptor seharusnya dialihkan untuk perumahan umum.
"Kita bisa mengubah tanah orang-orang korup menjadi rumah bagi rakyat. Tidak seorang pun boleh kebal hukum di negara ini," imbuh Ara.
Ara memutuskan untuk meningkatkan kesadaran tentang kasus Harun setelah kurangnya informasi terkini tentang keberadaannya.
"Saya ingin memotivasi masyarakat untuk mendorong penangkapannya. Saya mendapat tanggapan positif, dan banyak yang ingin membantu menemukan Harun," kata Ara.
Ara yakin inisiatif hadiahnya akan mengembalikan fokus pada kasus tersebut dan mendorong tindakan publik.
"Bagaimana mungkin seseorang bisa menghilang tanpa jejak selama bertahun-tahun? Sekarang, isu ini kembali menjadi sorotan. Wartawan bisa membantu, dan ada Rp 8 miliar yang dipertaruhkan jika berhasil menangkapnya. Apa salahnya menawarkan itu? Itu partisipasi publik dengan menggunakan dana pribadi saya," pungkas Ara. ***