TANJUNGPINANG | SERANTAUMEDIA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatat penurunan produksi padi sebesar 5,84% pada 2024, dari 324,01 ton gabah kering giling (GKG) di 2023 menjadi 305,09 ton GKG.
Penurunan ini terjadi di sejumlah wilayah sentra padi, termasuk Lingga, Anambas, dan Karimun.
Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, menjelaskan bahwa penurunan produksi dipengaruhi oleh berakhirnya program bantuan perbenihan padi dari Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kepri di Lingga.
"Pada 2023, petani di Lingga mendapat bantuan sumber daya untuk penanaman padi, namun di 2024 program ini dialihkan ke kelompok tani Poyotomo di Bintan," ujar Margaretha.
Selain itu, di Kabupaten Kepulauan Anambas, proyek perbaikan irigasi di Desa Bukit Padi yang dimulai awal 2023 belum tuntas hingga kini, mengganggu produktivitas lahan.
Data BPS menunjukkan, produksi padi tertinggi terjadi pada Februari 2024 (73,79 ton GKG), sementara Agustus 2024 tidak ada produksi (0,00 ton GKG).
Setelah dikonversi ke beras, total produksi 2024 mencapai 174,59 ton, turun 5,84% dari 2023 (185,41 ton).
BPS memprediksi produksi beras periode Januari-April 2025 hanya 80,65 ton, turun 17,32% dibanding 2024 (97,54 ton).
"Pada Januari 2025, produksi diperkirakan 13,12 ton, sementara Februari-April 2025 sekitar 67,53 ton," jelas Margaretha.
Penurunan produksi beras ini berpotensi meningkatkan ketergantungan Kepri pada pasokan beras dari luar daerah.