SIAK | SERANTAUMEDIA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak resmi menetapkan status Siaga Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) mulai 16 April hingga 30 November 2025 mendatang.
Langkah antisipatif ini diambil meskipun wilayah tersebut masih diguyur hujan secara berkala, menyikapi prediksi musim kemarau serta potensi Karhutla yang terus menghantui sejumlah kecamatan rawan.
Penetapan status siaga ini diumumkan dalam rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Siak, Husni Merza di Komplek Perumahan Abdi Praja Siak, Rabu (16/4).
“Mulai hari ini, kita tetapkan status siaga darurat Karhutla sampai 30 November 2025. Saya minta besok Surat Keputusannya sudah keluar,” tegas Husni Merza.
Wabup Husni menekankan bahwa pencegahan Karhutla tidak bisa dilakukan secara parsial.
Ia meminta seluruh pemangku kebijakan di kecamatan dan desa bersinergi aktif, terutama dalam menyosialisasikan bahaya Karhutla kepada masyarakat.
“Buat spanduk, baliho peringatan, dan manfaatkan setiap kegiatan kecamatan atau desa untuk mengedukasi masyarakat. Ini penting sebagai langkah preventif,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kesiapan alat dan personel di tingkat desa.
Menurutnya, koordinasi rutin perlu dilakukan di tingkat kecamatan agar segala potensi dan hambatan dapat diidentifikasi sedini mungkin.
“Peralatan di desa, baik yang rawan maupun tidak, harus dicek dan dipastikan berfungsi,” imbuh Husni.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Siak, Heriyanto, mengungkapkan bahwa hingga 14 April 2025, total lahan terbakar di Kabupaten Siak telah mencapai 7,9 hektar.
Angka ini menempatkan Siak sebagai kabupaten dengan tingkat Karhutla keempat tertinggi di Provinsi Riau.
“Kecamatan dengan lahan terbakar paling luas adalah Sungai Apit sebesar 6,4 hektar, disusul Siak 1 hektar, Tualang 0,4 hektar, dan Kandis 0,1 hektar,” rinci Heriyanto.
Ia menjelaskan bahwa ada empat faktor utama penyebab Karhutla di Siak, yakni keberadaan ekosistem gambut yang mudah terbakar, kasus kebakaran berulang, kedekatan lahan dengan konsesi perkebunan sawit dan hutan tanaman industri (HTI), serta titik panas yang konsisten muncul di lokasi sama.
“Upaya pencegahan kami lakukan secara intensif melalui patroli, pengecekan embung dan sekat kanal, pemantauan stok air, hingga edukasi kepada petani dan masyarakat,” jelasnya.
BPBD Siak saat ini telah menyiagakan 497 personel gabungan yang terdiri dari unsur TNI, Polri, Manggala Agni, dan relawan BPBD.
Namun, tantangan di lapangan tetap besar, terutama dalam menjangkau titik-titik rawan yang berada di lahan gambut terpencil.
Pemkab Siak juga mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan pertanian dengan cara membakar, sebuah praktik yang kerap memicu kebakaran meluas saat musim kemarau tiba.
“Kita semua harus terlibat. Karhutla bukan hanya masalah pemerintah, tapi juga tanggung jawab bersama. Edukasi masyarakat adalah kunci,” pungkasnya.