SERANTAUMEDIA - Persentase penduduk miskin Indonesia pada September 2024 turun 0,46 poin persentase dibanding Maret 2024 dan 0,79 poin persentase dibanding bulan yang sama tahun 2023.
"Angka kemiskinan sebesar 8,57 persen pada September 2024 merupakan angka terendah yang pernah tercatat di Indonesia sejak data kemiskinan pertama kali dirilis BPS pada 1960," kata Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Rabu. Ini juga merupakan pertama kalinya angka kemiskinan turun di bawah 9 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Rabu, jumlah penduduk miskin di Tanah Air hingga September 2024 mencapai 24,06 juta orang, turun 1,16 juta orang dibanding Maret 2024 dan turun 1,84 juta orang dibanding Maret 2023.
Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan angka kemiskinan pada periode Maret 2024 hingga September 2024, antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat. Perekonomian negara ini tumbuh sebesar 5,35 persen pada triwulan III 2024 dibandingkan triwulan I.
Selain itu, pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan III naik 2,63 persen, dari Rp 1.659,86 triliun menjadi Rp 1.703,46 triliun.
Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh signifikan sebesar 23,54 persen, dari Rp 327,1 triliun pada triwulan I menjadi Rp 404,1 triliun pada triwulan III.
Garis kemiskinan pada bulan September 2024 tercatat sebesar Rp 595.242 rupiah atau sekitar $36,5 per kapita per bulan dengan kelompok beras, rokok, perumahan, dan bahan bakar menjadi kelompok yang paling banyak menyumbang garis kemiskinan.
Persentase penduduk miskin tertinggi terdapat di Kepulauan Maluku dan Papua, yaitu sebesar 18,62 persen. Sementara itu, persentase kemiskinan terendah terdapat di Kalimantan, yakni sebesar 5,3 persen.
Namun, jika dilihat dari jumlah penduduk miskin, mayoritas masih berada di Pulau Jawa, yakni sebesar 12,62 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin terkecil terdapat di Kalimantan, yakni sebesar 0,91 juta jiwa. *** (dmh)