BINTAN, SERANTAU MEDIA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bintan mencatat sebanyak 151 kejadian bencana yang terjadi di wilayah tersebut sepanjang periode Januari hingga Juli 2025.
Dari total kejadian itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi bencana yang paling banyak terjadi dan mendominasi laporan yang masuk ke BPBD.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD Bintan, Ramlah. Ia menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya, tren bencana di Kabupaten Bintan cenderung mengalami peningkatan, khususnya untuk kasus karhutla.
“Dari tahun 2023, 2024, hingga 2025, memang tercatat ada sejumlah kejadian bencana alam,” kata Ramlah, Rabu (13/8/2025).
“Tapi kalau dilihat lebih rinci, yang paling dominan dari sisi jumlah adalah kebakaran hutan dan lahan. Ini yang paling sering kami tangani,” tambahnya.
Ramlah menjelaskan bahwa dominasi kasus karhutla kemungkinan besar dipicu oleh cuaca panas dan kering yang berlangsung sejak awal tahun, terutama menjelang dan saat musim kemarau. Selain faktor alam, aktivitas manusia seperti pembukaan lahan dengan cara pembakaran juga disebut menjadi pemicu utama.
“Kalau kita lihat, memang ada beberapa titik yang sering berulang. Ini biasanya lahan kosong atau semak yang terbakar, sebagian besar karena ulah manusia,” ujarnya.
BPBD Bintan sendiri telah mengintensifkan patroli, terutama di wilayah-wilayah rawan karhutla. Mereka juga berkoordinasi dengan aparat desa, kecamatan, dan masyarakat setempat untuk melakukan upaya pencegahan serta penanganan dini jika muncul titik api.
“Kami mohon kerja sama masyarakat. Jangan membakar lahan, apalagi saat musim panas seperti ini. Sekali terbakar, apinya cepat menyebar dan bisa membahayakan membahayakan,” katanya, berakhir.(RRI/net)