• Sun, Jul 2025

Abdullah Dorong Kolaborasi Atasi Banjir Tahunan di Pelalawan dan Kampar

Abdullah Dorong Kolaborasi Atasi Banjir Tahunan di Pelalawan dan Kampar

Abdullah menyoroti dampak serius yang ditimbulkan akibat banjir serta menyampaikan sejumlah usulan strategis.


PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Anggota DPRD Riau dari Dapil Siak-Pelalawan, Abdullah mendesak seluruh pihak terkait untuk bekerja sama dalam mencari solusi konkret atas persoalan banjir tahunan yang terus melanda Kabupaten Pelalawan dan Kampar.

Dalam rapat koordinasi lintas sektor, Abdullah menyoroti dampak serius yang ditimbulkan akibat banjir serta menyampaikan sejumlah usulan strategis untuk mengurangi frekuensi dan skala bencana tersebut.

"70 ribu rumah di Pelalawan kebanjiran, 50 desa terendam, Jalan Lintas Timur putus, harga gas dan sembako melonjak. Kerugian bisa mencapai triliunan rupiah. Rumah-rumah yang tenggelam, siapa yang akan mengganti?" kata Abdullah.

Ia menegaskan bahwa forum rapat bukan ajang untuk mencari kesalahan, melainkan sebagai wadah koordinasi guna menyusun langkah penyelesaian.

"Kami di DPRD Riau tidak ingin saling menyalahkan, tapi harus ada tindakan. Tidak mungkin dibiarkan terus begini. Dosa kita jika masyarakat terus jadi korban," ujarnya.

Dalam rapat tersebut hadir pula perwakilan dari DPRD Pelalawan dan Kampar, pengelola PLTA Koto Panjang, Balai Wilayah Sungai (BWS), dan PLN.

Salah satu faktor utama penyebab banjir, menurut Abdullah, adalah pembukaan pintu air (spillway) PLTA Koto Panjang yang tidak fleksibel dan deforestasi di kawasan hulu.

"Dulu catchment area PLTA Koto Panjang bisa menampung hingga 3 juta meter kubik air. Sekarang hanya tinggal 1,6 juta karena hutannya sudah gundul," terang politisi PKS itu.

"Anak SD di Pelalawan saja tahu, kalau pintu air dibuka, banjir akan datang. Sekarang sekolah libur, kami prihatin," keluhnya.

Tiga langkah yang diusulkan yakni:

1. Reboisasi kawasan hulu, untuk memulihkan daya serap catchment area seluas 3.370 km² yang saat ini setengahnya sudah rusak.

2. Revisi SOP pembukaan spillway, agar pintu air dibuka secara bertahap mulai dari elevasi 76, bukan menunggu level 80.

3. Normalisasi sungai, termasuk pengerukan sedimentasi oleh BWS untuk memperlancar aliran air.

"Kita harus keroyokan menyelesaikan ini. Kalau saling menyalahkan, tidak akan selesai," pungkasnya.