PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Anggaran untuk pelaksanaan Pekan Olahraga Kota (Porkot) Pekanbaru 2025 dipastikan tidak masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pekanbaru 2025.
Keputusan ini menuai kekecewaan dari berbagai pihak, termasuk Komisi III DPRD Pekanbaru yang membidangi olahraga.
Porkot Pekanbaru merupakan agenda tahunan penting untuk pembinaan dan seleksi atlet lokal menuju ajang yang lebih tinggi.
Namun, ketiadaan anggaran ini dinilai sebagai ancaman serius bagi perkembangan olahraga di kota yang dikenal sebagai gudangnya atlet berprestasi.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Pekanbaru, Tekad Indra Pradana Abidin, menyampaikan keprihatinannya atas kebijakan tersebut. Menurutnya, keputusan ini menunjukkan kurangnya perhatian serius terhadap pembinaan olahraga di Pekanbaru.
“Berdasarkan hasil hearing kami dengan Dispora, memang tidak dianggarkan untuk Porkot tahun depan. Dispora meminta agar hal ini diperjuangkan, sehingga Porkot tetap bisa digelar. Sebab setelah itu, ada ajang Porkot Riau di Dumai dan Siak,” ujar Tekad.
Tekad menilai pembinaan atlet di Pekanbaru mengalami kemunduran signifikan. Ia mengingatkan bahwa kota ini pernah menjadi pusat atlet berprestasi, namun kini kehilangan arah pembinaan yang jelas.
“Kota Pekanbaru ini sebenarnya gudangnya atlet berprestasi. Namun karena tidak ada perhatian yang serius, kita bisa lihat hasilnya pada Porprov Riau sebelumnya. Kota Pekanbaru gagal meraih podium juara sejak tidak lagi menjadi tuan rumah,” tambah politisi PDIP itu.
Sejak Kota Pekanbaru terakhir menjadi tuan rumah Porprov Riau yang digelar di Bengkalis dan Kuansing, prestasi atlet kota ini terus merosot. Banyak atlet potensial bahkan memilih pindah ke daerah lain demi mendapatkan dukungan yang lebih baik.
Komisi III DPRD Pekanbaru berencana memanggil organisasi perangkat daerah (OPD) terkait guna membahas anggaran Porkot 2025. Tekad menegaskan bahwa keberlangsungan Porkot sangat penting sebagai jenjang pembinaan atlet di Pekanbaru.
“Walaupun tidak masuk anggaran awal, kami akan memperjuangkan agar Porkot tetap digelar. Ini adalah puncak pembinaan atlet di kota ini sebelum mereka melangkah ke Porprov, Kejurnas, hingga PON,” tegasnya.
Pengamat olahraga lokal juga menyoroti potensi kerugian jangka panjang dari kebijakan ini. Tidak hanya pembinaan atlet yang terhambat, tetapi juga motivasi masyarakat terhadap olahraga dapat menurun.
Porkot, selain menjadi ajang kompetisi, juga merupakan wadah untuk menumbuhkan semangat olahraga di kalangan generasi muda.
Dengan adanya desakan dari DPRD dan masyarakat, diharapkan Pemkot Pekanbaru dapat merevisi kebijakan ini demi masa depan olahraga kota. "Kita tidak boleh membiarkan olahraga di Pekanbaru mati suri," tutup Tekad penuh harap.