• Sat, Aug 2025

Daya Beli Petani Riau Melemah pada April 2025, NTP Turun 5,44 Persen

Daya Beli Petani Riau Melemah pada April 2025, NTP Turun 5,44 Persen

Penurunan ini mencerminkan menurunnya daya beli petani, karena harga yang diterima petani dari hasil produksi turun, sementara harga kebutuhan konsumsi justru meningkat.


PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Kondisi ekonomi petani di Provinsi Riau kembali mendapat sorotan setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan signifikan pada Nilai Tukar Petani (NTP) April 2025.

NTP Riau tercatat sebesar 186,40, turun 5,44 persen dibandingkan bulan Maret 2025 yang berada di angka 197,13.

Penurunan ini mencerminkan menurunnya daya beli petani, karena harga yang diterima petani dari hasil produksi turun, sementara harga kebutuhan konsumsi justru meningkat.

“Penurunan NTP ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 4,62 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik 0,87 persen,” ungkap Kepala BPS Riau, Asep Riyadi, Jumat (2/5/2025).

Asep menyebut, tren penurunan NTP tidak hanya terjadi di Riau, tetapi juga di seluruh provinsi di Pulau Sumatra. Namun, Riau termasuk yang mengalami penurunan terdalam.

“Riau berada di posisi keempat setelah Bengkulu yang mencatat penurunan NTP terbesar sebesar 7,23 persen, disusul Sumatera Selatan 7,12 persen, dan Jambi 5,73 persen,” jelasnya.

Faktor lain yang memperparah penurunan daya beli petani adalah naiknya harga kebutuhan rumah tangga. BPS mencatat Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) petani meningkat 1,29 persen.

Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan paling mencolok adalah Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya yang melonjak hingga 8,44 persen.

Sementara itu, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau naik 1,03 persen, Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya 0,75 persen, serta Pakaian dan Alas Kaki 0,21 persen.

Selain NTP, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Riau juga mengalami penurunan. Pada April 2025, NTUP tercatat sebesar 183,21, atau turun 4,43 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 191,70.

Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 4,62 persen, sedangkan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) hanya menurun tipis sebesar 0,20 persen.

“Artinya, keuntungan bersih usaha tani juga turun. Ini perlu jadi perhatian serius karena berdampak langsung terhadap kesejahteraan petani,” ujar Asep.