• Wed, Mar 2025

Harga Sembako di Riau Stabil Jelang Ramadan 2025, Beberapa Komoditas Alami Kenaikan

Harga Sembako di Riau Stabil Jelang Ramadan 2025, Beberapa Komoditas Alami Kenaikan

Kebutuhan bahan pokok akan meningkat menjelang Ramadan, sesuai dengan tren tahunan yang sudah terlihat sebelumnya.


PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Menyambut bulan suci Ramadan 2025, harga sembilan bahan pokok (sembako) di Provinsi Riau terpantau stabil, meskipun ada peningkatan pada beberapa komoditas seperti bawang merah, beras, dan minyak goreng.

Kenaikan ini dipicu oleh tingginya permintaan yang biasa terjadi setiap tahun menjelang puasa.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Menengah Kecil (Disperindagkop dan UKM) Provinsi Riau, Tetty Nurdianti, mengungkapkan bahwa kebutuhan bahan pokok akan meningkat menjelang Ramadan, sesuai dengan tren tahunan yang sudah terlihat sebelumnya.

“Seperti biasanya, kebutuhan masyarakat untuk konsumsi lebih tinggi karena memang tren-tren tahun sebelumnya kalau mau puasa. Makanya permintaan meningkat. Jadi memang ada gejolak harga, tapi Alhamdulillah masih bisa dikendalikan,” kata Tetty, Rabu (26/2/2025).

Meskipun harga sembako secara umum masih stabil, Tetty mengingatkan bahwa kenaikan harga pada bahan pokok biasanya terjadi saat hari besar keagamaan, seperti Ramadan dan Idulfitri.

Peningkatan harga ini diperkirakan akan lebih terasa di daerah-daerah terluar, seperti Indragiri Hilir (Inhil), Kepulauan Meranti, dan Bengkalis, yang memiliki jarak jauh dari kota besar dan provinsi penghasil.

“Kalau kita lihat trend-nya memang saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) seperti Ramadan dan Idulfitri, pasti ada kenaikan harga sembako. Itu memang sudah biasa karena banyak kebutuhan masyarakat yang meningkat,” ujar Tetty.

Menurutnya, kenaikan harga sembako di daerah-daerah tersebut disebabkan oleh faktor geografis, di mana letak wilayah yang jauh dari pusat produksi bahan pokok menjadi penyebab utama.

Riau, yang bukan daerah penghasil bahan pokok, masih sangat bergantung pada pasokan dari provinsi lain seperti Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut), Aceh, dan Pulau Jawa.

“Ini terjadi karena rute atau letak geografis yang jauh dari kota dan jauh dari provinsi penghasil. Sebab, di Riau, kita bukan daerah penghasil bahan pokok. Sekitar 70 persen kebutuhan sembako masih bergantung pada provinsi-provinsi penghasil,” tambahnya.

Untuk mengatasi keterbatasan pasokan bahan pokok, Disperindag Riau telah melakukan langkah-langkah antisipatif dengan bekerja sama dengan berbagai daerah penghasil.

Sejak minggu lalu, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan baik dari tingkat provinsi maupun Kota Pekanbaru untuk memastikan pasokan sembako tetap lancar.

“Kami sudah melakukan kerjasama antar daerah dengan membawa BUMD pangan kita, baik provinsi maupun Kota Pekanbaru, untuk menjalin kerjasama dengan provinsi penghasil, seperti Sumbar. Kami difasilitasi oleh Bank Indonesia untuk melakukan kerjasama ini,” terang Tetty.