SERANTAUMEDIA - Sebuah inisiatif inovatif yang bertujuan untuk memerangi kekurangan gizi dan mempromosikan pola makan sehat di kalangan masyarakat kurang mampu di Indonesia diluncurkan pada hari Senin, 6 Januari 2025.
Program Makanan Bergizi, atau Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satu prioritas utama Program Hasil Terbaik Cepat Presiden Prabowo Subianto, dipelopori oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Program ini bertujuan untuk memberikan makanan gratis dan bergizi kepada jutaan anak Indonesia.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia merdeka, program subsidi pemerintah universal akan menyediakan makanan lezat dan bergizi bagi jutaan siswa kita, yang diolah dengan standar kebersihan tinggi, dan siap disajikan kepada anak-anak di sekolah-sekolah di negara kepulauan terbesar di dunia ini," kata Philips J. Vermonte, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan.
Sistem pendidikan Indonesia adalah yang terbesar keempat di dunia, dengan lebih dari 60 juta siswa bersekolah di lebih dari 400.000 sekolah.
Program ini telah mendapat dukungan kuat dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Program Pangan Dunia (WFP), Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Organisasi-organisasi ini memandang Program Makanan Bergizi sebagai langkah penting menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 2 tentang Tanpa Kelaparan dan Tujuan 3 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik.
“Seorang peraih Nobel dan ekonom, Amartya Sen, menekankan pentingnya berinvestasi dalam pembangunan manusia, termasuk gizi, dengan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa investasi dalam pembangunan manusia tidak berkelanjutan. Hal ini menyoroti keuntungan signifikan atas investasi yang dapat dicapai melalui peningkatan gizi dan pembangunan manusia secara keseluruhan,” jelas Philips.
Menurut UNICEF, setiap dolar yang diinvestasikan dalam gizi dapat menghasilkan keuntungan ekonomi hingga $16, yang bermanfaat bagi kesehatan, hasil pendidikan, dan produktivitas. Bank Dunia juga menyatakan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan dalam gizi dapat menghasilkan keuntungan mulai dari $4 hingga $35.
Fitur utama program ini meliputi makanan berkualitas tinggi dan seimbang yang disiapkan dengan bahan-bahan yang bersumber secara lokal, untuk memastikan kesegarannya.
Dapur pusat, yang secara lokal dikenal sebagai Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (Pusat Penyediaan Layanan Gizi), akan memainkan peran penting. Program ini juga mencakup pendidikan gizi, perencanaan makanan, dan promosi kebiasaan makan sehat bagi masyarakat yang berpartisipasi. Kemitraan lokal akan membantu mengelola limbah makanan dengan bekerja sama dengan kantor perlindungan lingkungan setempat dan sumber pertanian berkelanjutan, memberdayakan petani lokal.
Philips lebih lanjut menyebutkan bahwa program tersebut telah menerima dukungan dari mitra masyarakat internasional, termasuk School Meals Coalition dan Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP). School Meals Coalition berupaya untuk memastikan bahwa setiap anak menerima makanan sehat dan bergizi di sekolah pada tahun 2030, dengan menyasar 73 juta anak paling rentan di seluruh dunia.
"Indonesia menargetkan untuk menyediakan makanan bergizi bagi 80 juta anak. Hal ini akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tujuan global untuk menyediakan makanan di sekolah bagi semua anak pada akhir SDGs," lanjutnya.
Pakta Kebijakan Pangan Perkotaan Milan mengakui potensi transformatif program makanan sekolah, dan prinsip-prinsipnya telah dimasukkan ke dalam inisiatif-inisiatif Indonesia. Kota Milan, yang telah menjalankan program serupa sejak tahun 1900, menyediakan 15 juta makanan per tahun, atau 83.000 makanan per hari.
“Ini bukan misi yang mustahil. Ini adalah langkah besar pertama menuju Indonesia Emas 2045, ketika kita ingin menjadi salah satu dari 10 ekonomi teratas dunia, negara demokrasi paling stabil, dan pemimpin di kawasan Selatan,” pungkas Philips. *** (dmh)