SERANTAUMEDIA - Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan pada hari Jumat bahwa Indonesia berharap dapat mendinginkan persaingan ekonomi global dengan bergabung dalam BRICS yang dipimpin Rusia dan Cina.
Pernyataan itu juga muncul sebagai upaya pemerintah untuk menepis kekhawatiran bahwa keanggotaan BRICS dapat membahayakan hubungan dagang Jakarta dengan Washington di tengah persaingan yang semakin tajam dengan China, terutama sekarang ketika dunia sedang mendekati kembalinya Presiden Terpilih AS Donald Trump.
Status baru Indonesia telah memicu kekhawatiran bahwa negara itu mulai menjauh dari apa yang disebut sebagai kebijakan luar negeri "bebas dan aktif" dengan keanggotaannya di BRICS. Kebijakan ini membuat Indonesia tidak berpihak pada negara adikuasa mana pun, dan tidak mengikat negara terbesar di Asia Tenggara itu pada pakta militer mana pun.
Dalam pidato tahunan pertamanya sebagai menteri luar negeri, Sugiono membela keanggotaan BRICS Indonesia.
"Keanggotaan BRICS Indonesia mencerminkan kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Ini bukan sesuatu yang dapat kita capai dalam semalam, tetapi merupakan hasil kerja keras Indonesia selama puluhan tahun dalam hal ketahanan dan konsistensi diplomasi luar negeri," kata Sugiono di Jakarta.
"Sebagai anggota BRICS, Indonesia ingin menjadi jembatan penghubung bagi kepentingan negara-negara berkembang dan negara-negara Indo-Pasifik. Kami akan terus aktif mencegah eskalasi lebih lanjut terhadap persaingan geoekonomi dan geopolitik," katanya.
BRICS awalnya mencakup Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan akhirnya Afrika Selatan.
Pada tahun 2024, BRICS secara resmi menerima anggota baru Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA). Indonesia secara resmi mendapatkan tiket masuk ke dalam kelompok tersebut awal minggu ini setelah secara resmi mengajukan permohonan ke BRICS pada akhir Oktober.
Prabowo mengaku sudah mengincar kursi di BRICS sejak mencalonkan diri sebagai presiden pada 2014. Kala itu, Prabowo tengah bersaing dengan mantan Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Ia kembali kalah dari Jokowi pada pemilihan presiden 2019.
Pada 2023, pendahulunya, Jokowi, mengatakan tidak ingin terburu-buru mengajukan surat ketertarikan kepada BRICS dan lebih memilih melakukan kalkulasi terlebih dahulu.
Prabowo naik ke tampuk kekuasaan Oktober lalu setelah memperoleh kemenangan telak dan mengangkat putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai wakil presidennya. Beberapa hari setelah pelantikannya, ia mengutus Sugiono ke KTT BRICS di Kazan untuk secara resmi mengumumkan pencalonan Indonesia dalam BRICS.
Dalam beberapa kesempatan, Prabowo pernah mengatakan bahwa ketertarikannya pada BRICS merupakan bagian dari keinginannya agar Indonesia bersahabat dengan semua orang.
Pendekatan diplomatiknya identik dengan pepatah lama, “Seribu teman terlalu sedikit. Satu musuh terlalu banyak.”
Menanggapi keanggotaan BRICS, penasihat ekonomi senior Prabowo, Luhut Binsar Pandjaitan, baru-baru ini mengatakan bahwa Indonesia "terlalu besar untuk bergantung pada negara mana pun". Dengan kata lain, Indonesia tidak perlu khawatir akan membuat AS gusar dengan menjadi bagian dari BRICS.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih diperkirakan akan memperburuk perang dagang AS dengan China. Trump berencana untuk menaikkan tarif atas barang-barang China yang dikirim ke AS setelah dilantik.
Ia juga mengancam akan mengenakan tarif 100 persen kepada anggota BRICS jika kelompok tersebut memutuskan untuk menantang dolar dengan menciptakan mata uang baru.
Saat ini, Indonesia sudah berupaya mengurangi ketergantungannya pada dolar dalam transaksi perdagangan internasionalnya. Misalnya, perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok sudah memiliki opsi untuk menggunakan rupiah atau yuan. *** (dmh)