SERANTAUMEDIA - Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro menanggapi protes yang baru-baru ini dilakukan oleh pegawai di kementeriannya menyusul perombakan besar-besaran pegawai.
Aksi unjuk rasa yang digelar di lobi gedung Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta Pusat, pada hari Senin itu dipicu oleh ketidakpuasan terhadap cara Menteri Perindustrian menangani rotasi pegawai, serta adanya dugaan praktik otoriter, seperti dugaan kekerasan verbal dan pemecatan tanpa proses hukum.
Berbicara setelah menghadiri acara di kampus asalnya, Institut Teknologi Bandung (ITB), Menteri Satryo menjelaskan bahwa protes tersebut bermula dari perombakan besar-besaran personel kementerian, yang ia gambarkan sebagai hal yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan menyelaraskan dengan tujuan pemerintah untuk mengurangi biaya administrasi.
"Kami melakukan perubahan signifikan, karena kementerian sekarang dibagi menjadi tiga bagian. Restrukturisasi ini sejalan dengan seruan presiden untuk lebih efisien dalam penggunaan anggaran," katanya pada hari Senin.
Presiden Prabowo Subianto telah membagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi tiga entitas terpisah: Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi, dan Kementerian Kebudayaan.
Meski ada klaim dari para pengunjuk rasa tentang perlakuan buruk, termasuk tuduhan kekerasan fisik dan pemecatan sewenang-wenang, Satryo membantah keras tuduhan tersebut.
"Tidak ada kekerasan atau tamparan. Klaim tersebut sepenuhnya salah. Kami hanya merampingkan kementerian untuk menghilangkan pemborosan anggaran," tegasnya.
Unjuk rasa yang menampilkan para pegawai yang membentangkan spanduk bertuliskan, "Kami pegawai negeri, bukan pembantu keluarga," dipicu oleh kekhawatiran atas pemecatan mendadak sejumlah pegawai, termasuk Neni Herlina, seorang staf yang dipecat setelah insiden kecil yang melibatkan perabotan kantor.
Neni mengaku dipermalukan oleh pemecatan lisan yang dilakukannya pada 17 Januari, yang menurutnya bermula dari masalah kecil terkait keterlibatannya dalam pemindahan meja atas permintaan menteri. Para pengunjuk rasa menuntut transparansi yang lebih besar dalam keputusan perekrutan dan pendekatan yang lebih hormat dari pimpinan kementerian.
Kemarahan makin memuncak setelah beredar rekaman suara Menteri Satryo yang sedang marah-marah menegur seorang staf karena tidak menyediakan air di rumah dinasnya.
Staf yang sedang mengurus istrinya yang sakit itu mengakui kesalahannya, tetapi reaksi menteri itu dianggap terlalu kasar oleh mereka yang mendengar rekaman itu.
Menteri Satryo menepis tudingan adanya perilaku tidak pantas.
"Kami fokus pada pembenahan dan memastikan kementerian beroperasi lebih efisien. Mungkin ada beberapa orang yang tidak nyaman dengan perubahan ini, tetapi perubahan ini penting untuk kemajuan negara," katanya. *** (dmh)