PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Suara gemuruh air Sungai Kampar yang terus mengikis tanah semakin akrab di telinga warga Desa Gobah, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.
Dalam beberapa waktu terakhir, derasnya debit air akibat curah hujan tinggi membuat bibir sungai semakin rapuh. Tanah yang dulu menjadi tempat berpijak kini runtuh sedikit demi sedikit, menyeret rumah, jalan, bahkan sekolah ke dalam arus yang tak terbendung.
Bagi warga yang sudah tinggal di desa ini bertahun-tahun, pemandangan itu bukan lagi kejutan, melainkan luka yang semakin menganga.
Anggota DPRD Kabupaten Kampar, Azhari Nardi, mengungkapkan, sejak awal abrasi mulai terjadi, diperkirakan sekitar 50 meter wilayah pemukiman telah hilang.
"Waktu kejadian beberapa hari lalu yang cukup viral itu, sekitar 20 meter tanah kembali hanyut dalam waktu singkat. Warga harus bergegas menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan," ujarnya dilansir tribunpekanbaru.com, Selasa (11/3/2025).
Lapangan tempat anak-anak bermain, rumah-rumah tempat mereka berlindung, serta infrastruktur yang menopang kehidupan masyarakat kini tinggal kenangan.
Sungai yang dahulu menjadi sumber kehidupan kini justru menjadi ancaman yang perlahan menghapus jejak kampung mereka.
Namun, bukan hanya hujan yang menjadi penyebab musibah ini. Aktivitas Galian C yang berlangsung tak jauh dari pemukiman semakin mempercepat laju abrasi.
Penggalian tanah yang dilakukan secara terus-menerus melemahkan struktur tanah di sekitarnya, membuat bibir sungai lebih mudah terkikis saat debit air meningkat.
Warga hanya bisa menyaksikan dengan pasrah, sementara usaha untuk mencari solusi belum juga membuahkan hasil. Bagi mereka yang kehilangan rumah, berpindah ke tempat yang lebih aman adalah satu-satunya pilihan.
Namun, tak semua memiliki kemampuan untuk segera membangun kembali kehidupan mereka di lokasi baru.
"Kami sudah kehilangan banyak hal. Rumah, tanah, bahkan tempat anak-anak kami bersekolah. Kami berharap pemerintah bisa segera bertindak sebelum semuanya terlambat," ujar seorang warga, Siti Aminah.