SERANTAUMEDIA - Pemerintah berencana untuk meningkatkan komponen terbarukan dalam bahan bakar solar secara signifikan guna mencapai swasembada dan menghilangkan impor solar pada tahun 2026, kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengumumkan pada hari Kamis.
Berbicara di Indonesia Mining Summit di Hotel Mulia di Jakarta, Bahlil menguraikan pendekatan bertahap untuk meningkatkan penggunaan biodiesel, bahan bakar terbarukan berbasis tanaman.
"Program ini akan dimulai dengan campuran biodiesel 40 persen (B40) tahun depan. Pada 1 Januari 2026, kami akan menargetkan penerapan B50, yang akan memungkinkan kita mengakhiri impor solar," kata Bahlil, mengacu pada campuran biodiesel 50 persen dalam bahan bakar solar.
Menteri tersebut menambahkan bahwa langkah tersebut akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor solar sekaligus mendukung adopsi biofuel yang lebih luas, termasuk untuk bensin, jika produksi minyak dalam negeri terus menerus tidak memenuhi permintaan.
“Presiden Prabowo dapat mengamanatkan adopsi penuh biofuel baik untuk produk diesel maupun bensin jika diperlukan,” kata Bahlil.
Untuk memenuhi permintaan bahan bakar terbarukan yang terus meningkat, pemerintah berencana untuk mempercepat produksi minyak hulu dengan memulai operasi di 301 sumur minyak baru dan meluncurkan kegiatan eksplorasi yang ekstensif.
"Kami akan mengajukan 60 wilayah untuk lelang terbuka antara tahun 2025 dan 2026," menteri menambahkan.
Menurut data pemerintah, Indonesia mengimpor hampir 27 juta kiloliter bahan bakar minyak pada tahun 2023, termasuk 5,1 juta kiloliter solar.
Saat ini, negara ini memproduksi sekitar 15,8 juta kiloliter biodiesel setiap tahunnya, yang sebagian besar berasal dari minyak kelapa sawit mentah.
Namun, penerapan program B50 diproyeksikan membutuhkan produksi tahunan hampir 20 juta kiloliter, yang menyoroti perlunya peningkatan kapasitas di sektor energi terbarukan. ***