• Wed, Mar 2025

Dinas ESDM Kepri Targetkan Pembangunan 10 PLTS di Pulau Tertinggal dengan Anggaran Rp127 Miliar

Dinas ESDM Kepri Targetkan Pembangunan 10 PLTS di Pulau Tertinggal dengan Anggaran Rp127 Miliar

Kadis ESDM Kepri, Muhammad Darwin, menjelaskan bahwa pembangunan PLTS tersebut akan difokuskan di pulau-pulau yang tersebar di wilayah Kota Batam, Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga.


BATAM | SERANTAUMEDIA - Dalam upaya meningkatkan pemerataan energi di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menargetkan pembangunan 10 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di beberapa pulau yang masih belum terjangkau listrik.

Proyek ini akan dilaksanakan dengan anggaran sebesar Rp127 miliar, yang bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT PLN Persero.

Kadis ESDM Kepri, Muhammad Darwin, menjelaskan bahwa pembangunan PLTS tersebut akan difokuskan di pulau-pulau yang tersebar di wilayah Kota Batam, Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga.

"Anggaran ini akan digunakan untuk membangun pembangkit listrik surya di pulau-pulau yang memang belum mendapatkan akses listrik, khususnya di wilayah 3T," ujarnya.

Menurut Darwin, masih terdapat sekitar 50 pulau berpenghuni dari 396 pulau kecil di Kepri yang belum menikmati layanan listrik.

"Kami terus berupaya bersama PLN untuk menyelesaikan masalah ini dengan berbagai solusi, salah satunya dengan membangun PLTS langsung di pulau-pulau tersebut," tambahnya.

Untuk pulau-pulau kecil dengan jumlah penduduk di bawah 20 hingga 30 Kepala Keluarga (KK), Dinas ESDM Kepri mengusulkan penggunaan solar home system atau sistem tenaga surya mandiri yang dapat dioperasikan oleh masing-masing rumah tangga.

Sementara itu, untuk pulau-pulau yang jaraknya kurang dari 500 meter dari pulau utama, listrik akan disalurkan melalui tower crossing, yakni menara penghubung yang memungkinkan aliran listrik menjangkau pulau-pulau tersebut.

Selain itu, untuk pulau-pulau yang lebih jauh, seperti yang terhubung dengan wilayah besar, kabel laut menjadi solusi jangka panjang.

"Beberapa kabel laut sudah kami bangun, seperti dari Batam menuju Pulau Nguan dan Pulau Buluh. Kami juga sudah menghubungkan sistem listrik antara Lingga, Seraya, dan Dabo melalui kabel laut," jelas Darwin.

Lebih lanjut, Darwin menyebutkan bahwa pembangunan listrik di wilayah-wilayah tersebut akan menggunakan pendekatan yang bervariasi tergantung pada jarak dan jumlah penduduk.

"Untuk pulau-pulau yang lebih dekat dan memiliki penduduk lebih banyak, kami akan membangun PLTS komunal. Sementara itu, untuk pulau-pulau dengan jumlah penduduk sedikit, kami akan menerapkan sistem yang lebih ringan, seperti solar home system," tambahnya.

Di Pulau Lengkang, misalnya, yang berdekatan dengan Pulau Belakangpadang dan Pulau Manis, listrik akan disalurkan dengan membangun jaringan di antara pulau-pulau tersebut.

"Semua ini tergantung pada lokasi dan jumlah penduduk. Jika jumlah penduduk sedikit, pembangunan pembangkit akan terasa lebih sulit karena biaya operasionalnya yang cukup tinggi," pungkasnya.