• Thu, Jul 2025

Gencatan Senjata Diumumkan, Serangan Israel Terus Bunuh Warga Gaza

Gencatan Senjata Diumumkan, Serangan Israel Terus Bunuh Warga Gaza

Meski kedua pihak sepakat untuk mengakhiri permusuhan, serangan udara dan penggunaan pesawat nirawak oleh Israel berlanjut, memperburuk penderitaan warga Gaza.


JAKARTA | SERANTAUMEDIA - Serangan udara Israel di Gaza pada Rabu (15/1) malam menewaskan sedikitnya 82 orang, beberapa jam setelah Hamas dan Israel mengumumkan kesepakatan gencatan senjata.

Meski kedua pihak sepakat untuk mengakhiri permusuhan, serangan udara dan penggunaan pesawat nirawak oleh Israel berlanjut, memperburuk penderitaan warga Gaza.

Dilansir detik.com mengutip Al Jazeera, salah satu serangan besar terjadi di sebuah rumah dekat Gedung Serikat Insinyur di Kota Gaza, di wilayah utara Jalur Gaza, yang menewaskan sedikitnya 18 orang.

Di lokasi lain, di lingkungan Sheikh Radwan, tim Pertahanan Sipil Palestina menemukan 12 jenazah setelah serangan pesawat nirawak. Di Gaza tengah, serangan serupa menewaskan lima orang di kamp Bureij.

Korban tewas terus bertambah sejak pagi hari pada Rabu (15/1), sementara warga yang sempat merayakan gencatan senjata yang baru diumumkan kini kembali berlindung.

Hani Mahmoud dari Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah, Gaza tengah, menyampaikan bahwa meski area tersebut biasanya menjadi tempat pemakaman, kali ini mereka menyaksikan keramaian sebagai tanda harapan baru.

Namun, kegembiraan ini tidak bertahan lama.

"Kami memperkirakan akan terjadi lonjakan serangan pesawat nirawak dan artileri berat," ujar Mahmoud.

Kecemasan melanda Gaza menjelang dimulainya gencatan senjata yang direncanakan pada Minggu (19/1), dengan warga khawatir serangan akan meningkat sebelum gencatan senjata diberlakukan.

Anas al-Sharif dari Al Jazeera melaporkan, serangan udara Israel dengan cepat memadamkan kebahagiaan yang dirasakan warga setelah pengumuman gencatan senjata.

"Beberapa jam yang lalu, ada suasana kegembiraan, tetapi pesawat tempur Israel segera menyerang rumah sakit, tempat penampungan, dan rumah-rumah," katanya.

Israel dan Hamas secara terbuka mengakui bahwa mereka telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan, meski beberapa rincian akhir masih perlu dibahas.

Menurut kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, beberapa ketidaksepakatan terkait tahanan Palestina yang akan dibebaskan masih perlu diselesaikan.

Pada 1 Januari 2025, lebih dari 10.000 tahanan Palestina tercatat berada di penjara Israel, belum termasuk sejumlah warga Palestina yang ditahan di Gaza oleh militer Israel.

Izzat al-Risheq, anggota biro politik Hamas, menyebut kesepakatan gencatan senjata tersebut memenuhi semua persyaratan mereka, termasuk penarikan pasukan Israel dari Gaza, pengembalian pengungsi, dan penghentian permanen perang.

Namun, ketidakpastian tetap menyelimuti masa depan kesepakatan ini, karena pertempuran belum sepenuhnya berhenti.

Peringatan untuk warga Gaza dan dunia internasional semakin kuat bahwa meskipun gencatan senjata telah disepakati, realitasnya bisa sangat berbeda, dengan lonjakan serangan yang terus berlangsung.