SERANTAUMEDIA - Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), menepis rumor perseteruan politik dengan Presiden Prabowo Subianto, meski sempat bersaing di Pilpres 2024.
Megawati dan Prabowo, mantan cawapres pada pemilu 2009, kembali berhadapan pada pemilu 2024, ketika Prabowo mengalahkan Ganjar Pranowo, kandidat yang didukung Megawati.
Berbicara di acara ulang tahun ke-52 PDI-P di Jakarta Selatan pada hari Jumat, 10 Januari 2025, Megawati menanggapi spekulasi media tentang hubungannya dengan Prabowo, dengan menyatakan, "Tidak ada permusuhan di antara kami," seraya menambahkan bahwa keduanya memiliki kekhawatiran yang sama sebagai pemimpin partai ketika bawahan mereka menghadapi kemunduran politik.
“Prabowo dan saya sama-sama memahami bagaimana rasanya melihat rakyat atau pendukung kami tidak berhasil dalam kontestasi,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung momen masa lalu ketika ia memasak nasi goreng untuk Prabowo, mengingat interaksi mereka saat Prabowo berkunjung ke kediamannya di Jakarta pada tahun 2019.
Megawati menegaskan bahwa meski ia tidak memiliki rencana langsung untuk bertemu dengan Prabowo setelah pemilu, ia dapat mendelegasikan anggota PDI-P untuk berdiskusi, dengan alasan strategi politik.
Ia juga tidak menghiraukan seruan agar ia diangkat kembali sebagai ketua PDI-P, dengan bercanda bahwa partai tersebut membutuhkan lebih banyak persatuan di antara jajarannya agar ia setuju.
Di tengah persiapan kongres partai mendatang, Megawati mengakui adanya tantangan internal, termasuk sejumlah tokoh yang dikabarkan akan bersaing untuk menduduki jabatan pimpinannya.
"Ada yang menginginkan posisi saya, tetapi tidak mengatakannya secara terbuka," katanya saat menyampaikan pidato di hadapan para elite partai dalam peringatan HUT partai.
Kader PDI-P di Solo menunjukkan kesetiaannya dengan gestur simbolis, yakni menandai hari jadi dengan ritual “cap jempol darah” sebagai bentuk dukungan terhadap kelanjutan kepemimpinan Megawati hingga 2030.
Ketua DPD PDI Perjuangan, FX Hadi Rudyatmo, memimpin upacara tersebut dan menegaskan komitmen mereka untuk tidak melakukan gangguan terhadap kongres partai tahun 2025.
"Sidik jari berdarah itu menunjukkan kesiapan kita untuk memperjuangkan integritas partai," kata Rudyatmo seraya menegaskan bahwa para kader bersatu mendukung terpilihnya kembali Megawati. Ia menambahkan bahwa aksi itu juga merupakan respons langsung terhadap potensi ancaman terhadap kongres, yang menegaskan loyalitas partai yang disiplin.
Saat partai memasuki fase kritis menjelang kongres 2025, kepemimpinan Megawati tetap menjadi isu utama, dengan upaya konsolidasi yang terus berlanjut di seluruh jajaran PDI-P yang menunjukkan dukungan kuat atas kelanjutan kepemimpinannya. *** (dmh)