• Tue, Oct 2025

Menjaga Hutan, Merawat Harapan: PHR dan UMRI Perkuat Komunitas Wisata Imbo Putui

Menjaga Hutan, Merawat Harapan: PHR dan UMRI Perkuat Komunitas Wisata Imbo Putui

Hutan Adat Imbo Putui, di Desa Petapahan, Kampar memiliki nilai ekologis dan budaya yang tinggi. kawasan ini terus berbenah menjadi destinasi ekowisata yang ramah lingkungan dan berbasis komunitas.


PEKANBARU SSERANTAU MEDIA – Di tengah rimbunnya pepohonan dan semilir angin yang membawa aroma tanah basah, Hutan Adat Imbo Putui berdiri sebagai saksi bisu kearifan lokal yang terus dijaga. Kawasan seluas 251 hektare ini bukan sekadar hamparan hijau, tetapi juga simbol perjuangan masyarakat Petapahan dalam mempertahankan warisan leluhur. Kini, harapan itu tumbuh semakin kuat berkat kolaborasi antara PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) dalam memperkuat kapasitas pengelolaan desa wisata berbasis komunitas.

Melalui pelatihan Community-Based Tourism (CBT) yang digelar pada pertengahan Agustus 2025, masyarakat lokal, perangkat desa, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) diajak untuk memahami bahwa mereka bukan sekadar penjaga hutan, tetapi juga aktor utama dalam membangun masa depan pariwisata yang berkelanjutan. Pelatihan ini menghadirkan Hannif Andy Al Anshori, pendiri Desa Wisata Institute, yang membagikan pengalaman dan praktik baik dari berbagai desa wisata di Indonesia.

“Desa wisata akan berhasil jika masyarakatnya mampu berperan aktif, mulai dari perencanaan, pengelolaan, hingga pemasaran produk wisata. Dengan begitu, manfaatnya bisa dirasakan secara langsung oleh warga desa,” ujar Hannif dalam sesi pelatihan yang berlangsung interaktif dan penuh antusiasme.

Peserta tidak hanya menyerap teori, tetapi juga terlibat dalam simulasi perencanaan atraksi wisata berbasis komunitas. Mereka belajar bagaimana mengemas kekayaan alam dan budaya menjadi daya tarik wisata yang otentik, tanpa mengorbankan nilai-nilai lokal dan kelestarian lingkungan.

Program ini merupakan bagian dari inisiatif Community Involvement & Development (CID) PHR yang menggandeng UMRI sebagai mitra akademik. Tujuannya jelas: menjadikan Hutan Adat Imbo Putui sebagai model pengelolaan desa wisata berbasis hutan adat yang unggul dan berkelanjutan.

Hutan Adat Imbo Putui sendiri memiliki nilai ekologis dan budaya yang tinggi. Di dalamnya tumbuh berbagai jenis flora langka seperti anggrek, kantong semar, dan tanaman obat. Fauna yang menghuni kawasan ini pun beragam, mulai dari burung endemik hingga mamalia dan reptil. Sejak diresmikan sebagai hutan adat pertama di Riau oleh Presiden Joko Widodo pada 21 Februari 2020, kawasan ini terus berbenah menjadi destinasi ekowisata yang ramah lingkungan dan berbasis komunitas.

“Program Desa Wisata Hutan Adat Imbo Putui merupakan komitmen PHR untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat Riau. Tidak hanya berfokus pada ketahanan energi, PHR terus mendukung keberlanjutan lingkungan selaras dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah operasi di Riau,” ungkap Iwan Ridwan Faizal, Manager CID PHR Regional I.

Dengan mengadopsi konsep CBT, masyarakat Petapahan kini memiliki harapan baru. Hutan bukan lagi sekadar ruang konservasi, tetapi juga menjadi ruang belajar, ruang berkarya, dan ruang hidup yang memberikan manfaat ekonomi dan sosial. Di tengah tantangan zaman, kolaborasi seperti ini menjadi bukti bahwa pelestarian alam dan pembangunan masyarakat bisa berjalan beriringan.(rls)