• Fri, Aug 2025

Permintaan Mobil Listrik Premium China Melemah, Apa yang Salah?

Permintaan Mobil Listrik Premium China Melemah, Apa yang Salah?

Mobil listrik premium hanya menyumbang 10 persen dari total penjualan kendaraan listrik di China. Meski angkanya cukup stabil, laju pertumbuhan segmen ini terus melambat.


JAKARTA | SERANTAUMEDIA - Tren mobil listrik premium buatan China mengalami penurunan permintaan yang signifikan. Fenomena ini membuat banyak produsen mempertimbangkan ulang strategi peluncuran produk baru di segmen tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi?

Berdasarkan laporan Carscoops, beberapa merek China, termasuk Xpeng, Nio, dan BYD, telah mencoba memperluas pasar ke segmen mobil listrik premium.

Kendati menawarkan keunikan masing-masing, harga yang dipatok—mulai dari 300 ribu yuan (sekitar Rp 670 juta)—membuat daya tarik segmen ini terbatas.

Pendiri CnEVPost, Phate Zhang menyebut, segmen ini memiliki tantangan besar, bahkan dengan melambatnya pertumbuhan pasar mobil listrik secara keseluruhan.

“Saya pikir produsen mobil akan memperlambat peluncuran model premium baru pada tahun 2025 dan fokus pada peningkatan model yang sudah ada,” ungkapnya.

Zhang juga menambahkan, ruang ekspansi pasar ini sangat terbatas, sehingga peluncuran model baru berpotensi menghadapi tantangan lebih besar di tahun-tahun mendatang.

Data dari Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) menunjukkan bahwa mobil listrik premium hanya menyumbang 10 persen dari total penjualan kendaraan listrik di China. Meski angkanya cukup stabil, laju pertumbuhan segmen ini terus melambat.

Salah satu penyebab utama stagnasi adalah perang harga yang semakin ketat. Kompetisi ini membuat merek-merek baru kesulitan untuk memasuki pasar dengan model yang kompetitif secara harga maupun fitur.

“Hanya sedikit perusahaan yang berhasil masuk ke pasar premium, sementara sebagian besar lainnya menderita penjualan yang lemah dan kerugian investasi besar,” kata Zhang Xiang, peneliti dari Institut Teknologi Energi Baru Jiangxi.

Kondisi ini telah membuat beberapa merek lokal goyah. Pada Agustus 2024, Human Horizons—yang dikenal dengan mobil premium HiPhi—mengajukan kebangkrutan setelah hanya mampu menjual kurang dari 8.000 unit sepanjang tahun 2023.

Di bulan Desember, merek EV Jiyue milik Geely juga dikabarkan berada di ambang kehancuran.

Merek-merek yang tidak memiliki pijakan kuat di segmen premium tampaknya akan semakin kesulitan untuk bertahan di tengah kondisi pasar yang menantang.

Hal ini memunculkan spekulasi bahwa produsen akan mengalihkan fokus mereka ke segmen pasar yang lebih luas dan kompetitif.

Meski situasi terlihat suram, masih ada peluang bagi produsen untuk bertahan. Inovasi teknologi, peningkatan fitur, dan fokus pada segmen yang lebih terjangkau bisa menjadi solusi.