• Thu, Feb 2025

Bukalapak Hentikan Sebagian Besar Operasional E-Commerce, Beralih ke Pembayaran Utilitas di Tengah Penurunan Saham

Bukalapak Hentikan Sebagian Besar Operasional E-Commerce, Beralih ke Pembayaran Utilitas di Tengah Penurunan Saham

Bukalapak (BUKA), yang pernah menjadi platform e-commerce terkemuka di Indonesia dan menjadi sensasi pasar setelah IPO pada Agustus 2021, telah mengumumkan penutupan platform perdagangannya untuk fokus pada pembayaran tagihan utilitas.


SERANTAUMEDIA - Bukalapak (BUKA), yang pernah menjadi platform e-commerce terkemuka di Indonesia dan menjadi sensasi pasar setelah IPO pada Agustus 2021, telah mengumumkan penutupan platform perdagangannya untuk fokus pada pembayaran tagihan utilitas.

Layanan e-commerce ini akan berhenti beroperasi pada 2 Maret 2025, menyusul penurunan saham perusahaan yang drastis. 

Saham Bukalapak telah anjlok hingga 85,46 persen dari harga IPO sebesar Rp 850 menjadi Rp 122, yang menunjukkan tantangan yang dihadapi platform tersebut dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya di pasar e-commerce Indonesia yang sedang berkembang pesat.

"Kami sepenuhnya memahami bahwa perubahan ini akan memengaruhi bisnis vendor kami. Kami berkomitmen untuk memastikan transisi berjalan semulus mungkin," kata Bukalapak dalam sebuah pernyataan di blognya.

Pengumuman tersebut menyertakan panduan terperinci bagi vendor dan pelanggan tentang proses pengembalian dana dan cara mengunduh riwayat transaksi.

Beralih ke Pembayaran Utilitas

Fokus Bukalapak di masa mendatang akan berpusat pada penyediaan layanan penjualan dan pembayaran tagihan utilitas, termasuk pembayaran telepon, air, dan listrik, paket data internet, cicilan kredit konsumen, langganan TV kabel, pajak bangunan, premi asuransi kesehatan, dan bahkan denda lalu lintas.

Perusahaan akan mempertahankan jaringan pengecernya untuk produk-produk tertentu, seperti barang elektronik, barang otomotif, barang perawatan pribadi, dan perhiasan, yang menandakan kelanjutan sebagian bisnis ritelnya.

Keputusan Bukalapak menggarisbawahi persaingan yang ketat di sektor e-commerce Indonesia, yang didominasi oleh pemain-pemain besar seperti:

  • Tokopedia: Sebagai bagian dari Grup GoTo, Tokopedia merupakan salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia yang menawarkan berbagai macam produk dan layanan. Penggabungannya dengan raksasa transportasi daring Gojek pada tahun 2021 menciptakan ekosistem teknologi yang kuat di negara ini.

  • Shopee: Didukung oleh Sea Group yang berbasis di Singapura, Shopee telah memperoleh daya tarik yang signifikan di Indonesia dengan kampanye promosi yang agresif, logistik yang lancar, dan penawaran yang dilokalkan.

  • Lazada: Dimiliki oleh Alibaba Group, Lazada memanfaatkan kemampuan logistik dan dukungan finansial yang kuat untuk bersaing di pasar Indonesia.

  • Blibli: Dioperasikan oleh konglomerat lokal Djarum, Blibli berfokus pada produk dan layanan premium, memposisikan dirinya sebagai platform tepercaya bagi pelanggan berpenghasilan menengah dan atas.

Namun, meskipun menjadi salah satu platform e-commerce besar Indonesia pertama yang go public, Bukalapak telah berjuang untuk mengimbangi para pesaingnya, yang telah berinvestasi besar dalam teknologi, logistik, dan pemasaran.

Nama-nama besar lainnya seperti Toko Bagus, Elevania, dan JD.ID sudah menutup bisnisnya lebih dulu, karena meningkatnya persaingan di dunia e-commerce. *** (dmh)