• Wed, Feb 2025

Indonesia Targetkan Pertumbuhan 5,2 Persen pada 2025, Lampaui Proyeksi Bank Dunia

Indonesia Targetkan Pertumbuhan 5,2 Persen pada 2025, Lampaui Proyeksi Bank Dunia

Indonesia bermaksud melampaui proyeksi pertumbuhan Bank Dunia tahun 2025 sebesar 5,1 persen, dengan menargetkan 5,2 persen dengan meningkatkan konsumsi domestik dan mendorong investasi lokal, menurut Menteri Utama Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.


SERANTAUMEDIA -  Indonesia bermaksud melampaui proyeksi pertumbuhan Bank Dunia tahun 2025 sebesar 5,1 persen, dengan menargetkan 5,2 persen dengan meningkatkan konsumsi domestik dan mendorong investasi lokal, menurut Menteri Utama Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

"Kami tetap optimistis. Ini masih bulan Januari, jadi kita lihat saja bagaimana perkembangannya," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Jumat, 17 Januari 2025.

Pemerintah menaruh harapannya pada periode Ramadan dan Idulfitri pada kuartal pertama tahun 2025, yang mana Idulfitri akan jatuh pada tanggal 31 Maret. 

Secara tradisional, konsumsi meningkat selama Ramadan dan musim perayaan, sehingga memberikan dorongan bagi perekonomian.

“Maret nanti kan sudah Lebaran, jadi kita akan terus fokus untuk menggenjot sektor konsumsi,” imbuh Hartarto.

Pemerintah juga tengah merampungkan kebijakan untuk mendorong eksportir agar menyimpan devisa negara (DHE) di pasar keuangan dalam negeri, sehingga dapat memperkuat perekonomian dalam negeri dan menahan gejolak ekonomi global.

"Kami sedang menyempurnakan detail akhirnya. Kami berharap dapat segera meluncurkannya untuk meningkatkan dasar-dasar ketahanan ekonomi kita," kata Hartarto.

Kendati optimis, Bank Indonesia baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 ke kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, sedikit turun dari kisaran sebelumnya 4,8 persen hingga 5,6 persen.

“Perekonomian Indonesia tumbuh baik tetapi cenderung lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya,” kata Perry Warjiyo, gubernur bank sentral.

Kinerja ekspor diperkirakan melambat, karena permintaan dari mitra dagang utama, kecuali Amerika Serikat, melemah. Konsumsi domestik juga lesu, terutama di kalangan kelompok berpendapatan rendah, karena ekspektasi pendapatan yang tidak pasti dan terbatasnya kesempatan kerja.

“Sementara itu, investasi swasta masih lesu karena kapasitas produksi masih cukup untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor,” kata Warjiyo.

Laporan Prospek Ekonomi Global Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan global akan tetap stabil pada 2,7% pada tahun 2025 dan 2026, mencerminkan laju yang diharapkan pada tahun 2024, seiring dengan penurunan inflasi dan suku bunga. Untuk Indonesia, perkiraan pertumbuhan Bank Dunia lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan 4 persen yang diharapkan untuk negara-negara berkembang. 

Namun, proyeksi ini dianggap tidak cukup untuk memenuhi tujuan pembangunan yang dibutuhkan untuk mengatasi kemiskinan dan tantangan yang lebih luas.

Ekonomi berkembang, yang menyumbang 60 persen pertumbuhan global, menghadapi prospek jangka panjang yang lebih lemah, menurut Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill.

“25 tahun ke depan akan menjadi masa yang lebih berat bagi negara-negara berkembang dibandingkan 25 tahun terakhir,” kata Gill, seraya menyebutkan faktor-faktor seperti utang yang tinggi, investasi yang lemah, stagnasi produktivitas, dan meningkatnya biaya iklim. *** (dmh)