• Sun, Dec 2024

Cegah Penyebaran Penyakit Misterius Asal Kongo, Anggota DPR AS Serukan Aturan Masuk yang Lebih Ketat

Cegah Penyebaran Penyakit Misterius Asal Kongo, Anggota DPR AS Serukan Aturan Masuk yang Lebih Ketat

Anggota parlemen Arzeti Bilbina mendesak pemerintah untuk memperketat pembatasan masuk bagi pelancong dari Afrika, khususnya Republik Demokratik Kongo, untuk mencegah potensi penyebaran penyakit misterius yang dilaporkan telah merenggut puluhan nyawa.


PEKANBARU, SERANTAUMEDIA.ID -  Anggota parlemen Arzeti Bilbina mendesak pemerintah untuk memperketat pembatasan masuk bagi pelancong dari Afrika, khususnya Republik Demokratik Kongo, untuk mencegah potensi penyebaran penyakit misterius yang dilaporkan telah merenggut puluhan nyawa.

"Saya mendesak pemerintah untuk memperketat akses masuk bagi warga negara asing, terutama yang datang dari Kongo, baik melalui darat, udara, maupun laut. Penyakit misterius ini tidak boleh dibiarkan masuk ke negara kita," kata Arzeti, anggota Komisi IX DPR, Rabu.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga merekomendasikan agar izin perjalanan bagi warga negara Indonesia yang berencana mengunjungi Kongo atau negara Afrika lainnya diperketat. 

"Langkah-langkah pencegahan harus dimaksimalkan, dan saya yakin pemerintah paham bagaimana mengurangi risiko ini," katanya.

Penyakit misterius itu, yang terutama menyerang anak-anak di provinsi Kwango yang terpencil di Kongo, menunjukkan gejala-gejala seperti demam, sakit kepala, batuk, dan anemia. 

Uji pendahuluan menunjukkan malaria sebagai kemungkinan penyebabnya, meskipun penyelidikan masih terus dilakukan. 

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa beberapa penyakit mungkin berkontribusi terhadap wabah tersebut, dengan 416 kasus dan 31 kematian di rumah sakit dilaporkan, di samping 44 kematian di masyarakat.

Arzeti mengemukakan perjuangan Indonesia sebelumnya dalam menghadapi pandemi COVID-19 sebagai pelajaran penting dalam manajemen wabah. 

“Pengalaman kita dalam menghadapi krisis COVID-19 seharusnya menjadi pengingat penting. Upaya pencegahan sekarang harus lebih optimal,” katanya.

Para ahli menghadapi tantangan logistik dalam menyelidiki penyakit tersebut di zona kesehatan Panzi di Kongo, daerah terpencil yang tidak memiliki infrastruktur medis yang memadai. Sampel diangkut sejauh 500 kilometer untuk pengujian. 

Malnutrisi, tingkat vaksinasi yang rendah, dan kerentanan kesehatan lainnya di wilayah tersebut telah memperburuk situasi. ***