PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Titik panas atau hotspot di Pulau Sumatera kembali terdeteksi pada Kamis (2/1/2025) pagi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru melaporkan adanya peningkatan jumlah hotspot, termasuk di wilayah Riau.
Total terdapat sembilan hotspot di Sumatera, dengan jumlah terbanyak berada di Sumatera Barat (Sumbar) sebanyak tujuh titik. Sementara itu, di Riau tercatat dua hotspot yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
“Sedangkan hotspot di Riau ada dua titik, tepatnya di Kabupaten Kuantan Singingi,” ujar Bella R Adelia, Prakirawan BMKG Pekanbaru, dalam keterangannya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sejak 13 Maret 2024.
Status tersebut resmi berakhir pada 30 November 2024 lalu. Pencabutan status ini dilakukan setelah situasi dianggap terkendali dan curah hujan meningkat.
Meski demikian, peningkatan hotspot di awal tahun ini menjadi peringatan dini bagi pemerintah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan.
Cuaca kering yang sering terjadi di Riau dan sekitarnya pada periode tertentu meningkatkan risiko kebakaran.
BMKG mengimbau masyarakat, terutama di wilayah rawan seperti Kuantan Singingi, untuk tidak melakukan aktivitas yang berpotensi memicu kebakaran, seperti pembakaran lahan.
“Kami terus memantau perkembangan cuaca dan menyampaikan informasi terkini kepada masyarakat. Penting untuk bekerja sama dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” tambah Bella.
Selain itu, pemerintah daerah diharapkan memperkuat langkah mitigasi, seperti patroli rutin dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya Karhutla. Kesiapsiagaan ini diharapkan dapat mencegah terulangnya kebakaran besar yang sering melanda wilayah Sumatera.
Peningkatan hotspot di awal tahun ini menunjukkan bahwa ancaman kebakaran hutan dan lahan belum sepenuhnya hilang.
Kesadaran kolektif masyarakat dan koordinasi yang baik antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat menjadi kunci untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah bencana ekologis di masa depan.