• Wed, Feb 2025

OPINI: Gemar Belajar dan Bekerja, Tumbuhkan Generasi Produktif untuk Indonesia Emas

OPINI: Gemar Belajar dan Bekerja, Tumbuhkan Generasi Produktif untuk Indonesia Emas

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan bertujuan membentuk individu yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.


Ditulis oleh Naufal Afifi

INDONESIA tengah bersiap memasuki era Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar yang menargetkan bangsa ini menjadi negara maju dengan sumber daya manusia yang unggul.

Salah satu faktor kunci dalam mewujudkan visi tersebut adalah membentuk generasi muda yang gemar belajar dan bekerja.

Hal ini bukan sekadar peningkatan akademik, tetapi juga membangun mentalitas produktif yang berakar pada kebiasaan-kebiasaan positif sejak dini.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan bertujuan membentuk individu yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.

Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya gotong royong, disiplin, dan semangat kerja keras yang diwariskan turun-temurun.

Namun, tantangan modern seperti rendahnya minat membaca dan meningkatnya konsumsi media sosial membuat kebiasaan belajar dan bekerja perlu terus diperkuat.

Membangun Mentalitas Produktif Sejak Dini

Kebiasaan baik yang ditanamkan sejak kecil membentuk karakter yang kuat dan berdaya saing. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022 terdapat lebih dari 191 juta penduduk usia produktif di Indonesia.

Jika kelompok ini memiliki kebiasaan produktif sejak dini, maka potensi ekonomi nasional akan berkembang pesat.

Secara sosiologis, anak-anak yang dibiasakan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, dan tidur cukup lebih siap menghadapi tantangan sosial maupun dunia kerja.

Secara medis, pola hidup sehat yang dimulai sejak kecil berkontribusi pada peningkatan kualitas kesehatan dan daya pikir anak.

Menurut Marampa E R (2021), mengatakan bahwa kesehatan dan kebiasaan belajar yang baik merupakan fondasi utama untuk membangun generasi unggul.

Sistem pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk mentalitas produktif. Kurikulum 2013 maupun kurikulum merdeka, misalnya, dirancang untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang berorientasi pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik.

Dalam 100 hari pertama pemerintahan baru, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menjadi salah satu kementerian dengan kinerja terbaik berdasarkan berbagai survei nasional.

Mendikdasmen Abdul Mu’ti mendapat apresiasi sebagai salah satu menteri dengan performa positif, yang menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membangun SDM unggul.

Selain itu, strategi seperti Gerakan Literasi Nasional (GLN) telah digencarkan untuk meningkatkan minat baca anak-anak.

Namun, menurut data UNESCO, tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah dengan hanya 1 dari 1000 orang yang memiliki kebiasaan membaca.

Oleh karena itu, berbagai program penguatan budaya belajar masih diperlukan agar anak-anak terbiasa menggali ilmu secara mandiri.

Etos kerja yang kuat menjadi salah satu faktor utama dalam menumbuhkan generasi produktif.

Menurut Cahyo Prihadi, Direktur Pemantauan dan Evaluasi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, mengatakan bahwa negara-negara dengan tenaga kerja berketerampilan tinggi mengalami peningkatan ekonomi yang lebih pesat dibanding negara dengan tingkat produktivitas rendah.

Dalam konteks Indonesia, membiasakan anak-anak dengan disiplin waktu, tanggung jawab, dan kerja keras sejak kecil akan meningkatkan daya saing mereka di masa depan.

"Orang tua memiliki peran utama dalam membentuk kebiasaan produktif anak. Dengan memberi contoh yang baik, anak-anak akan terbiasa dengan pola hidup yang disiplin dan penuh tanggung jawab," kata Agus Setiawan, pengamat pendidikan dalam tulisan yang dimuat di guruinovatif.id (Agustus,15/2023).

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter bukan hanya tugas sekolah, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar.

Mewujudkan generasi emas bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau sekolah, tetapi juga masyarakat dan sektor swasta.

Media memiliki peran penting dalam menyebarluaskan informasi positif dan edukatif. Saat ini, dengan maraknya platform digital, konten-konten yang menginspirasi anak-anak untuk lebih produktif perlu lebih banyak diproduksi.

Selain itu, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan. Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang baru saja diluncurkan oleh Kemendikdasmen pada 27 Desember merupakan salah satu langkah konkret untuk menanamkan kebiasaan positif bagi anak-anak Indonesia.

Gerakan ini menargetkan tujuh kebiasaan utama: Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat.

Pembangunan sumber daya manusia yang unggul merupakan bagian dari Asta Cita ke-4 dalam visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.

Dengan adanya gerakan nasional yang mendukung pola hidup sehat dan produktif sejak dini, harapan akan lahirnya generasi yang siap menghadapi tantangan global semakin nyata.

"Kita ingin melihat anak-anak Indonesia tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul," ujar Abdul Mu’ti (Sipres kemendikdasmen; 27/12).

Ini bukan hanya mimpi, tetapi dapat menjadi kenyataan jika seluruh elemen bangsa bersinergi dalam menanamkan kebiasaan positif sejak dini.

Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, Indonesia akan semakin siap menyongsong era Indonesia Emas 2045.