• Fri, Mar 2025

OPINI: Mewujudkan Pendidikan Berkualitas, Sinergi Deep Learning dengan Nilai Keislaman

OPINI: Mewujudkan Pendidikan Berkualitas, Sinergi Deep Learning dengan Nilai Keislaman

Konsep ini pertama kali diperkenalkan dalam konteks pendidikan oleh Abdul Muti, yang menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berorientasi pada transfer ilmu secara mekanis, tetapi juga pada pemahaman yang mendalam.


Oleh: Septian Chaerunnisa Pangestu, Aktivis Mahasiswa UIN Purwokerto

 

DALAM dunia pendidikan, istilah Deep Learning tidak hanya dikenal sebagai teknologi kecerdasan buatan, tetapi juga sebagai pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada pemahaman mendalam, keterkaitan antarilmu, serta aplikasinya dalam kehidupan nyata.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan dalam konteks pendidikan oleh Abdul Muti, yang menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berorientasi pada transfer ilmu secara mekanis, tetapi juga pada pemahaman yang mendalam dan penguasaan konsep secara kritis.

Menurut Abdul Muti, pendidikan yang berkualitas tidak hanya menghasilkan individu yang mampu menghafal banyak informasi, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir analitis, kritis, dan inovatif.

Oleh karena itu, Deep Learning dalam dunia pendidikan bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang tidak hanya memahami suatu konsep, tetapi juga mampu menghubungkannya dengan berbagai aspek kehidupan, mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah nyata.

Tantangan Pendidikan Islam di Era Digital

Pendidikan Islam menghadapi tantangan besar di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Di saat dunia bergerak menuju digitalisasi, banyak lembaga pendidikan Islam masih bertahan dengan metode konvensional yang berfokus pada hafalan dan ceramah satu arah.

Pertanyaannya, apakah metode ini masih relevan dalam membentuk generasi Muslim yang siap menghadapi tantangan zaman?

Islam sejak dahulu telah menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Konsep tadabbur dalam Al-Qur’an mengajarkan bahwa umat Islam tidak hanya dituntut untuk membaca dan menghafal, tetapi juga memahami dan mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, penerapan Deep Learning dalam pendidikan Islam dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan ini.

Penerapan Deep Learning dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam telah menerapkan pembelajaran berbasis pemahaman mendalam sejak masa Rasulullah. Sistem halaqah (pembelajaran berbasis diskusi) digunakan untuk mendalami ilmu secara kritis.

Tradisi ini kemudian berkembang menjadi madrasah dan universitas Islam seperti Al-Qarawiyyin dan Al-Azhar, yang menekankan pendekatan sistematis dalam memahami berbagai disiplin ilmu.

Metode Deep Learning dalam pendidikan Islam dapat ditemukan dalam konsep tahqiq (penelitian mendalam), tadabbur (refleksi), dan tafaqquh (pemahaman kritis).

Para ulama seperti Al-Ghazali dan Ibnu Sina tidak hanya menghafal teks, tetapi juga menganalisis dan mengembangkan teori berdasarkan pemahaman yang mendalam.

Dalam pendidikan modern, prinsip ini tetap relevan, terutama dalam menghadapi tantangan global yang memerlukan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Selain itu, pendidikan Islam juga menekankan integrasi antara ilmu agama dan sains, sebagaimana dicontohkan oleh para ilmuwan Muslim klasik yang mengembangkan astronomi, kedokteran, dan matematika.

Oleh karena itu, penerapan prinsip Deep Learning dalam pendidikan Islam bukan hanya melanjutkan tradisi intelektual Islam, tetapi juga memperkuat relevansinya dalam dunia modern.

Bagaimana Deep Learning Bisa Mengubah Pendidikan Islam?

Agar pendidikan Islam lebih adaptif di era digital, penerapan Deep Learning dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

1. Menggeser Pola Pikir: Dari Hafalan Menuju Pemahaman

Hafalan tetap penting dalam Islam, tetapi harus diimbangi dengan pemahaman mendalam. Misalnya, siswa yang menghafal ayat tentang keadilan harus mampu mengaitkannya dengan implementasi hukum Islam dan praktik sosial di masyarakat.

2. Memanfaatkan Teknologi untuk Pembelajaran Interaktif

Teknologi dapat digunakan untuk memperkaya metode pembelajaran, seperti aplikasi tafsir interaktif, simulasi hukum fikih, dan e-learning berbasis Islam yang membuat proses belajar lebih menarik dan aplikatif.

3. Mengintegrasikan dengan Kurikulum Merdeka Belajar

Deep Learning sejalan dengan konsep Merdeka Belajar yang menekankan fleksibilitas dan pemahaman mendalam. Sekolah Islam dan madrasah dapat menerapkan pendekatan ini agar peserta didik lebih aktif dan kreatif.

4. Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Metode Pembelajaran Baru

Salah satu kendala utama dalam penerapan Deep Learning adalah kesiapan tenaga pendidik. Oleh karena itu, pelatihan guru dalam teknik pembelajaran inovatif harus menjadi prioritas agar metode ini dapat diterapkan dengan maksimal.

Tantangan dalam Implementasi Deep Learning di Pendidikan Islam

Meskipun banyak manfaat yang bisa diperoleh, penerapan Deep Learning dalam pendidikan Islam masih menghadapi beberapa hambatan, antara lain:

1. Budaya Hafalan yang Sudah Mengakar Kuat

Banyak lembaga pendidikan Islam masih lebih menekankan hafalan dibandingkan pemahaman mendalam.

2. Terbatasnya Infrastruktur Teknologi

Tidak semua lembaga pendidikan Islam memiliki akses terhadap teknologi yang memadai untuk mendukung pembelajaran berbasis digital.

3. Kurangnya Kesadaran akan Pentingnya Pembelajaran Berbasis Pemahaman

Banyak pendidik dan orang tua yang masih menganggap bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur dari hafalan dan nilai akademik, bukan dari pemahaman dan penerapan ilmu dalam kehidupan nyata.

Kesimpulan: Waktunya Berubah!

Deep Learning menawarkan paradigma baru bagi pendidikan Islam agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Namun, implementasinya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, tenaga pendidik, dan masyarakat.

Jika pendidikan Islam ingin tetap maju dan mencetak generasi Muslim yang kritis, kreatif, serta inovatif, maka pendekatan Deep Learning harus mulai diterapkan secara luas.

Pada akhirnya, ilmu dalam Islam bukan hanya untuk dihafal, tetapi juga untuk dipahami, direnungkan, dan diamalkan dalam kehidupan nyata.

Jika pendidikan Islam tidak segera beradaptasi, bukan hanya ketertinggalan yang akan kita hadapi, tetapi juga hilangnya esensi sejati dari pendidikan Islam itu sendiri.