SERANTAUMEDIA | JAKARTA — Pelemahan rupiah yang menembus level Rp16.700 per dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan keresahan di kalangan dunia usaha. Mereka khawatir lonjakan biaya impor akan segera mendorong kenaikan harga barang dan jasa di dalam negeri.
Sepanjang pekan terakhir, rupiah berada dalam tren tertekan. Hingga penutupan perdagangan Jumat (26/9/2025), nilai tukar masih bertahan di atas Rp16.700. Data Refinitiv mencatat rupiah sedikit menguat 0,06 persen ke posisi Rp16.725 per dolar AS. Meski demikian, pergerakan itu hanya mampu menghentikan pelemahan beruntun selama enam hari.
Para pengusaha menilai kondisi ini akan menambah beban biaya produksi. Pasalnya, sebagian besar bahan baku dan barang modal masih bergantung pada impor. “Kekhawatiran kami adalah harga barang akan terkerek naik. Dolar mahal otomatis membuat biaya produksi meningkat,” ungkap salah seorang pengusaha.
Dengan kurs rupiah yang belum kembali stabil, kalangan usaha mendesak pemerintah dan otoritas moneter mengambil langkah cepat untuk menjaga volatilitas agar tidak berdampak lebih jauh terhadap inflasi dan daya beli masyarakat.