SIAK, Serantaumedia.id - Gelar Aksi damai, ribuan warga di Kecamatan Tualang bubuhkan tanda tangan dan cap jempol darah pada petisi penolakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) jilid 2 dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Siak, Sabtu 12 April 2025 di Taman Motuyoko, Kelurahan Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau.
Aksi ini digelar sebagai bentuk penolakan tegas terhadap potensi digelarnya PSU Jilid 2 pada Pilkada Siak 2024 yang saat ini sedang berproses di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Aksi damai itu tampak berlangsung tertib dan dikawal ketat aparat kepolisian. Sejak pagi hari, satu persatu warga Kecamatan Tualang yang melintas di depan Taman Motuyoko Tualang memberikan tanda tangan dan cap jempol darah diatas kain putih yang terbentang sepanjang 50 meter dipinggir pintu masuk Taman Motuyoko.

Dari ribuan warga Tualang itu, satu diantaranya adalah Tokoh Masyarakat Tualang, H Ruslan P.
Sejak turun dari sepeda motornya, ia tampak penuh semangat melangkahkan kaki menuju ke tempat penandatanganan petisi yang sudah terbentang di pelataran taman terbuka hijau Perawang itu.
Orang tua yang paling disegani oleh masyarakat di Kecamatan yang berjuluk Kota Industri Perawang itu mengaku geram dengan kelakuan segelintir orang yang berusaha merusak sejarah politik di Kabupaten Siak ini.
"Sudahlah, biarkan masyarakat di Kabupaten Siak ini tenang, tak ada Pilkada itu berlarut-larut seperti ini, siapa yang menang itulah Bupati kita semua, jangan jadikan masyarakat korban kepentingan para mafia politik itu," ungkapnya.
Pria yang kerap disapa Babe oleh masyarakat itu juga mengatakan, Kabupaten Siak hari ini masih belum maju, Menurutnya, masih banyak kekurangan yang terjadi diberbagai kampung di Kabupaten Siak ini sejak Siak dimekarkan dari Kabupaten Bengkalis.
"Saya ini satu-satunya orang dari Perawang ini yang menjadi panitia pemekaran Kabupaten Siak ini, tentu melihat kabupaten Siak hari ini saya sangat sedih, sampai detik ini masih banyak masalah yang terjadi diberbagai kampung, termasuk Perawang ini, salah satunya masalah sampah dan ruas jalan yang sangat buruk," cetusnya.
Ia juga mengaku kecewa dengan 10 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DRPD) dari dapil 3 Tualang yang dinilainya tak mampu memperjuangkan kepentingan masyarakat.
"10 orang anggota DPRD dari Perawang ini apa yang mereka buat, tak ada yang mereka buat, hanya kepentingan pribadi dan kelompoknya saja, ini yang membuat hati saya sakit melihat kondisi sekarang ini, lihat jalan Pemda itu seperti apa kondisinya, lihat kondisi sampah yang semrawut di Perawang ini, jangan asik nak memikirkan kepentingan politik saja, masih banyak polemik yang terjadi di negeri ini yang harus diperjuangkan oleh para dewan itu," tegasnya.
Kepala Desa Pertama di Perawang itu juga meminta kepada seluruh elemen masyarakat, agar menyudahi keributan politik yang menurutnya sangat berdampak untuk masyarakat Siak. Ia harap seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Siak kembali bersatu dan membangun Kabupaten Siak ini bersama-sama.
"Sudahilah semua keributan politik ini, jangan korbankan masyarakat lagi, mati sama-sama kita bangun Siak ini lebih baik kedepannya," harapnya.

Hingga pukul 16.15 WIB, kain putih sepanjang 50 meter itu sudah terpenuhi dengan ribuan tanda tangan masyarakat.
Petisi yang telah ditandatangani oleh warga ini direncanakan akan disalurkan kepada pihak-pihak terkait, termasuk Mahkamah Konstitusi, sebagai representasi suara bulat masyarakat Kabupaten Siak yang menolak tegas Pemungutan Suara Ulang (PSU) jilid 2.
Hingga pukul 17.00 WIB tampak seluruh masa aksi damai membubarkan diri dengan tertib.