• Wed, Dec 2025

Terkendala Kondisi Lingkungan Jadi Kendala Budi Daya Lobster di Batam

Terkendala Kondisi Lingkungan Jadi Kendala Budi Daya Lobster di Batam


BATAM, SERANTAU MEDIA – Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan budi daya lobster, terutama keterbatasan tata ruang kota yang belum mengakomodasi kegiatan perikanan laut. 

Kondisi tersebut membuat budi daya lobster di Batam masih sebatas proyek percontohan, belum bisa dikembangkan sebagai produksi reguler.

Kepala BPBL Batam Ipong Adi Guna mengatakan, salah satu kendala utama budi daya lobster di keramba jaring apung BPBL di Pesisir Pulau Setokok adalah lingkungan sekitar yang diproyeksikan untuk kegiatan nonperikanan, termasuk industri dan pembangkit listrik.

“Batam memang tidak menyediakan zona khusus untuk budi daya laut. Kota ini diprioritaskan untuk industri, sehingga ruang bagi budi daya perikanan sangat terbatas,” kata Ipong, seperti dikutip dari situs Mongabay, Jumat (26/12/2025). 

Padahal, budi daya lobster sangat bergantung pada kondisi lingkungan sekitar, seperti tingkat kebisingan, kualitas air, dan aktivitas manusia. Keberadaan proyek pembangkit listrik berjarak sekitar 400 meter dari lokasi keramba dinilai turut memengaruhi kenyamanan habitat lobster.

Saat ini, BPBL Batam mengelola keramba jaring apung seluas hampir satu hektare yang terbagi dalam beberapa petak. Di lokasi tersebut, BPBL menebar sekitar 30.000 benih lobster sejak Oktober 2024 dan berhasil memanen 1,7 ton lobster pada September 2025, yang juga disaksikan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Namun, Ipong menegaskan hasil panen tersebut tidak bersifat rutin. “Karena ini masih modeling. Fokus kami bukan jumlah produksi, tetapi memastikan teknologi dan metode budi dayanya berhasil,” ujarnya.

Selain tata ruang, tantangan lain budi daya lobster adalah ketersediaan infrastruktur dan pakan. Proses pendederan memerlukan fasilitas darat, sementara pembesaran membutuhkan keramba jaring apung dengan kualitas perairan yang stabil.

Dalam pengembangan metode budi daya, BPBL Batam telah menguji tiga jenis pakan, yakni daging ikan, cumi, dan kerang. Hasilnya, pakan berbahan dasar kerang menunjukkan tingkat kelulusan hidup lobster yang lebih tinggi.

“Pakan sangat menentukan. Salah satu penyebab rendahnya tingkat kelulusan hidup pada budi daya konvensional karena pemberian pakan yang tidak sesuai,” kata Ipong.

BPBL Batam menilai daerah lain di Kepulauan Riau seperti Lingga, Karimun, Bintan, Anambas, dan Natuna lebih potensial untuk pengembangan budi daya lobster skala produksi. Karena itu, Ipong mendorong pemerintah daerah setempat menyiapkan zonasi khusus budi daya laut melalui peraturan daerah.

“Untuk Batam peluangnya kecil, tapi daerah lain masih sangat memungkinkan jika tata ruangnya disiapkan,” ujarnya.

BPBL berharap hasil modeling budi daya lobster di Batam dapat direplikasi oleh masyarakat di wilayah lain sebagai upaya pengembangan perikanan budidaya bernilai ekonomi tinggi.***