PEKANBARU, SERANTAUMEDIA - Indonesia bersiap menghadapi kemungkinan gelombang besar impor murah dari China menyusul rencana Presiden Terpilih AS Donald Trump untuk menaikkan tarif atas barang-barang buatan Beijing.
Trump ingin menaikkan tarif barang-barang China sebesar 10 persen setelah kembali ke Gedung Putih bulan depan.
Perang dagang yang berpotensi memburuk sering disebut sebagai peluang emas bagi Indonesia, dengan para ahli mengatakan bahwa Jakarta dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan China di pasar Amerika.
Baru-baru ini, Trump mengancam akan mengenakan tarif 100 persen terhadap kelompok BRICS yang dipimpin China jika mereka menetapkan mata uang saingan untuk dolar AS.
Tarif tersebut diperkirakan akan membuat barang-barang China kurang menarik bagi pembeli Amerika, sehingga berpotensi mendorong Beijing untuk mempertimbangkan pengalihan barang-barang yang dikirim ke AS ke tujuan lain, termasuk Indonesia.
Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri baru-baru ini mengatakan bahwa pemerintah akan membuat strategi untuk melindungi pasar domestik dari melonjaknya impor China.
"Kita akan pelajari [dampak riil tarif Trump terhadap Tiongkok], dan cari cara untuk mengamankan pasar kita," kata Dyah Roro dalam Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) di Jakarta akhir pekan lalu.
Ia menambahkan, “Indonesia ingin berteman dengan China dan AS. Kami berharap dapat menangkap peluang pasar yang mungkin meningkat setelah tarif diberlakukan. Namun, kami perlu memastikan bahwa sebagian besar barang China yang dikirim ke AS tidak sampai ke Indonesia.”
Sebelum kemenangan Trump dalam pemilu, bisnis-bisnis Indonesia -- khususnya di sektor tekstil -- telah berjuang keras untuk bersaing dengan barang-barang China yang terjangkau, bahkan menyebabkan pemutusan hubungan kerja besar-besaran.
Kementerian Tenaga Kerja melaporkan bahwa 42.863 pekerja telah diberhentikan di Indonesia sepanjang tahun 2024 hingga akhir Juli. Sekitar 22.356 orang sebelumnya bekerja di industri pengolahan, termasuk bisnis produksi tekstil.
Data pemerintah menunjukkan total perdagangan Indonesia-Tiongkok mencapai USD 96,4 miliar pada Januari-September 2024.
Indonesia mencatat defisit USD 8,1 miliar saat berdagang dengan Tiongkok selama periode tersebut.
Impor Tiongkok saat itu mencapai hampir USD 52,3 miliar. *** (REYNOLD)